Balada Terbunuhnya Atmo Karpo, baru denger dan baru kemarin aku baca. Aku bukan pecinta sastra... tapi karena kemarin [23.11.2010] bantu ngerjain tugas adek (ge sakit...) terpaksa baca ....bait demi bait ku baca …hohoo bagus banget dan aku langsung suka. Aku bisa merasakan suasana dalam puisi tersebut. Ternyata balada tersebut dinobatkan sebagai balada terbaik Indonesia . Rendra sang penulis, mendapat anugerah Bintang Budaya pada 10 November 2010 dari pemerintah, menjadi sastrawan fenomenal sepanjang sejarah sastra Indonesia .
Beliau dikenal sebagai penulis puisi-puisi balada. Puisi balada adalah puisi yang bercerita tentang kepahlawanan seseorang, tokoh pujaan, atau orang-orang yang menjadi pusat perhatian. Berikut kutipan puisi tersebut.
Balada Terbunuhnya Atmo Karpo
Dengan kuku-kuku besi kuda menebah perut bumi
Bulan berkhianat gosok-gosokkan tubuhnya di pucuk-pucuk para
Mengepit kuat-kuat lutut menunggang perampok yang diburu
Surai bau keringat basah, jenawi pun telanjang
Segenap warga desa mengepung hutan itu
Dalam satu pusaran pulang balik Atmo Karpo
Mengutuki bulan betina dan nasibnya yang malang
Berpancaran bunga api, anak panah di bahu kiri
Satu demi satu yang maju terhadap darahnya
Penunggang baja dan kuda mengangkat kaki muka.
Nyawamu barang pasar, hai orang-orang bebal!
Tombakmu pucuk daun dan matiku jauh orang papa.
Majulah Joko Pandan! Di mana ia?
Majulah ia kerna padanya seorang kukandung dosa.
Anak panah empat arah dan musuh tiga silang
Atmo Karpo tegak, luka tujuh liang.
Joko Pandan! Di mana ia!
Hanya padanya seorang kukandung dosa.
Bedah perutnya tapi masih setan ia
Menggertak kuda, di tiap ayun menungging kepala
Joko Pandan! Di manakah ia!
Hanya padanya seorang kukandung dosa.
Berberita ringkik kuda muncullah Joko Pandan
Segala menyibak bagi derapnya kuda hitam
Ridla dada bagi derunya dendam yang tiba.
Pada langkah pertama keduanya sama baja.
Pada langkah ketiga rubuhlah Atmo Karpo
Panas luka-luka, terbuka daging kelopak-kelopak angsoka.
Malam bagai kedok hutan bopeng oleh luka
Pesta bulan, sorak sorai, anggur darah
Joko Pandan menegak, menjilat darah di pedang
Ia telah membunuh bapanya.
Tugas mengarang cerita dari puisi tersebut bukanlah hal mudah bagi aku. *bukan bidangku (halah alesan....).
Ya sudah… cari aj di internet. Hhee…
Dari internet aku mendapat dua versi cerita yaitu Atmo karpo sebagai sosok perampok yang sombong dan yang satunya Atmo Karpo sebagai maling budiman.
Aku pilih sosok Atmo Karpo sebagai tokoh Protagonis. Cerita tersebut aku ambil dari suaramerdeka.com de el el ....yang kemudian aku jadikan satu dan aku tambah
Terbunuhnya Atmo Karpo
Atmo Karpo adalah seorang perampok yang sangat sakti. Ia sulit sekali ditangkap. Sosok pemberontak budiman yang tak setuju dengan ketimpangan. Di satu sisi, kerajaan bergelimangan harta, tapi di sisi lain rakyat hidup sengsara. Maka, Atmo Karpo pun memilih menjadi maling kerajaan. Dia curi harta kerajaan dan dibagikan kepada rakyat miskin.
Atmo Karpo digandrungi banyak wanita. Dia memiliki seorang anak bernama Djoko Pandan, hasil hubungan gelap dengan seorang wanita. Di kemudian hari, Djoko Pandan menjadi kepala pengawal raja. Dia diperintah raja untuk menumpas pemberontak yang dipimpin Atmo Karpo. Djoko Pandan menambah pasukan dari kalangan warga dengan cara menghasut mereka. Sebagian warga yang bertugas untuk mengadu domba warga lain diberi uang.
Suatu saat, pasukan Atmo Karpo terkepung. Atmo Karpo terdesak karena kejaran dari para penduduk. Karena waktu itu bulan sedang terang
“Bulan berkhianat gosok-gosokkan tubuhnya di pucuk-pucuk para”.
Atmo Karpo pun akhirnya harus menghadapi warga yang telah mengepungnya. karena merasa telah terkepung Atmo Karpo yang telah siap dengan senjatanya “jenawi pun telanjang” akhirnya muncul menghadapi warga.
Atmo Karpo hanya bisa Mengutuki bulan betina dan nasibnya yang malang . Tapi, bukan berarti dia menyerah begitu saja. Dia hadapi semua orang yang hendak menangkapnya. Sehingga darah pun tertumpah dan satu persatu pengejarnya rubuh tertebas. Bahkan dengan gagahnya, dia berkata kepada mereka, “Nyawamu barang pasar, hai orang bebal. Tombakmu pucuk daun dan matiku jauh papa” sehingga membuat warga semakin marah. Karena merasa panas mendengar kata-kata Atmo Karpo para warga pun menyerang Atmo Karpo dari segala penjuru. Serangan dari warga tak dapat dihalaunya tapi ia tetap berusaha bertahan.Atmo tahu, yang mengepung adalah pasukan anaknya. Sembari memacu kudanya, berkali-kali dia memanggil Joko Pandan,
“Joko Pandan! Di manakah ia! Hanya padanya seorang kukandung dosa.”
Karena mendengar tantangan dari ayahnya Joko Pandan akhirnya keluar dan bertarung dengan ayahnya Atmo Karpo. Joko Pandan tak peduli walaupun itu adalah ayah kandungnya sendiri. Mereka terus saja bertarung. Pada awal pertarungan mereka sama-sama kuat tetapi pada langkah ketiga Atmo Karpo pun rubuh. Seperti kelopak bunga angsoka. Lukanya merah penuh.
Akhirnya tewaslah Atmo Karpo di tangan Joko Pandan anak kandungnya sendiri. Joko Pandan menegak, menjilat darah di pedang. Tindakan itu dia lakukan karena ada kepercayaan bahwa seorang pembunuh jika telah meminum darah korbannya maka arwah si korban tidak akan bergentayangan menuntut balas.
Malam itu sorak sorai para pasukan kerajaan pun membahana, tetapi satu orang yang merasa menyesal, dialah Joko Pandan. Karena, ia telah membunuh ayahnya.
0 komentar:
Posting Komentar
terimakasih atas kunjungan dan komentar Anda... :)